Ketika Hidup Sudah Tidak Berharga Lagi - Sakura no Mori † Dreamers [Review]


There's a way to come back, from what I know, at least. All you've got to do is realize that the world you're in isn't reality.

-Shizumiya Mahoro

 

         Secara garis besar, sinopsis plot utama dari Visual Novel karya Moonstone ini dapat dikatakan sebagai spoiler yang cukup major. Apalagi untuk kalian yang sudah membaca selesai prolognya yang bisa dikatakan cukup panjang seperti kebanyakan Visual Novel pada umumnya. Tetapi berkat satu event kecil di penghujung prolog ini lah yang nantinya membangun watak si protagonis kita--Fukigami Shinji. Meski tindakannya terbilang sangat nekat seolah nyawa menjadi taruhan pun tidak masalah untuk dirinya, kita sebagai pembaca dapat memahami emosi si protagonis ini.    

            Singkatnya, berlatar di sebuah kota Sakura no Mori, terdapat banyak sekali insiden misterius akibat ulah monster supernatural bernama 'Bodach'. Karena rasa benci Shinji terhadap makhluk ini, dia pun bergabung ke dalam kelompok kecil bernama "Sakura no Mori Dreamers" untuk membebaskan kota dari banyaknya Bodach berbahaya melalui mimpi. Inilah bagian yang cukup keren dari Sakura no Mori Dreamers, mereka tidak akan bertarung layaknya visual novel chuuni, penuh ledakan, penghancuran gedung, orang-orang berhamburan karena panik, maupun pengusiran setan layaknya kebanyakan film bertema exorcism. Mereka akan bertarung di sarang Bodach itu sendiri, melalui lucid dream.

            Kita beralih ke karakter, bagian terbaik dan yang menurut penulis menjadi selling point utama dari  Visual Novel ini. Adalah si protagonis itu sendiri. Sudah penulis bahas sebelumnya kalau si protagonis ini sangat baik dikembangkan latar belakangnya sampai-sampai reader pun dapat merasa relate. Dia tidak peduli dengan apa pun selain tujuan utamanya bahkan berani bertindak nekat mempertaruhkan nyawa. Untuk kalian yang sudah membaca, sekedar pengingat saja bahwa aksi nekatnya saat Mifuyu akan bergabung ke Sakura no Mori Dreamers lah yang menjadi titik paling menegangkan sekaligus mengagumkan.

            4 orang heroine utama di Visual Novel ini bisa dibilang sudah cukup menarik secara karakter meski hanya Mifuyu yang memiliki alasan terkuat untuk masuk ke harem Shinji. Kureha sebagai representasi tipikal heroine romance pada umumnya, Mahoro tipe kakak perempuan, dan Hatsune sebagai adik perempuan. Sayang sekali, Madoka yang sejak awal sudah bersama Shinji, tidak mendapat rute di judul pertamanya.

            Art style dari Visual Novel ini sangat bagus karena dapat mengimbangi tone cerita yang gelap, penuh misteri dan ketakutan. Penulis pribadi cukup benci jika genre horror bergabung dengan aksi pertarungan bersenjatakan sihir atau semacamnya, tetapi entah mengapa, setelah membaca prolog, penulis seperti tidak bisa beranjak dari kursi dan selalu penasaran dibuatnya. Kadang merasa deg-degan saat momen tertentu cerita dibawa ke momen mencekam. Kure selaku penulis skenario Sakura no Mori Dreamers sangat pintar meracik bumbu-bumbu emosi dalam membangun cerita.

            Ending menjadi hal paling mengecewakan di sini. Penghujung cerita seharusnya sesuatu yang paling menegangkan, paling membuat kita terkagum-kagum, sampai akhirnya merasa lega karena seluruh konflik telah berakhir. Di klimaks, cerita ini terasa seperti hembusan angin yang ketika berakhir pembaca malah bertanya-tanya, "Eh, cuma itu?". Bodach yang akhirnya sudah menghilang dari kota pun terasa  biasa dan bukan lagi menjadi harapan menggembirakan. Semua terasa datar.

          Jadi, kesimpulannya adalah, Visual Novel ini sangat keren dari segi cerita, desain karakter dan ilustrasi. Cocok sekali bagi para pecinta misteri, aksi, dan horror. Hanya saja masih ada kekurangan sana sini seperti character development bagi para heroine dan ending yang masih kurang dapat dinikmati.

 

Bagi yang mau mencicipi Visual Novel ini, dapat langsung membelinya di Steam page mereka, link. Sayangnya untuk versi bahasa inggris, hanya tersedia di website Mangagamer, link.

on Minggu, 19 Desember 2021 | A comment?